Kemarin aku di telepon teman lamaku rencananya ngajakin reunian and temu kangen, tapi ga tau kenapa pembicaraan tiba aja lari ke jilbab.
Temanku mengatakan : "Ah aku-sih jilbab-in hatiku dulu deh, baru memakai jilbab, soalnya kulihat banyak tuh walaupun mereka memakai jilbab tetapi tetep aja ngomongin orang, tetep aja ga jaga sikap dan lebih parahnya lagi ada juga yg suka buka tutup jilbab.
Trus dia juga bilang : aku paling sebel sama orang2 yang sok suci, semua serba ditutup2 sampai cuma tinggal mata aja yang kelihatan, yang kayak gitu-- jangan2 dia malah teroris lagi!!!!
Saat itu temanku bahkan bilang : jangan coba2 deh mempengaruhi saya..... hwalaaah siapa yg mau mempengaruhi???
dalam fikiranku terlintas bukankah dia sungguh-sungguh dan yakin dalam memeluk Islam, dan bukankah dia telah mengucapkan la ilaha illallah Muhammad rasulullah dengan yakin? Yang berarti menerima apa saja yang diperintahkan Allah Subhannahu wa Ta’ala dan Rasulullah? Jika ya maka sesungguhnya jilbab adalah salah satu syari’at Islam yang harus dilaksanakan oleh para muslimah. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah memerintah kan para mukminah untuk memakai hijab dan demikian pula Rassulullah Shalallaahu alaihi wasalam memerintahkan itu. Jika kita beriman kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, maka kita tentu dengan senang hati memakai jilbab itu.
Bagiku untuk perempuan yang berjilbab pasti ia akan sedikit berfikir untuk melakukan hal2 yang aneh....
Aku prihatin bila jilbab yang dipakai orang yang salah atau orang yang belum siap berjilbab sehingga tidak dapat menjaga kelakuannya dijadikan patokan oleh yang lain untuk tidak memakai jilbab dahulu, bukankah lebih bagus kita berjilbab sambil terus memperbaiki diri?
Kematian itu memang pasti datang, entah kapan…. karena kematian itu seperti sebuah janji tanpa batas waktu, aku tak dapat sengaja menunggu kematian, dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk hal tersebut.
Bila kematian itu menghampiri orang-orang yang kusayangi, akan kah aku bersedih? Relakah aku melepasnya? Padahal aku tau Tuhan telah menentukannya, dan padahal aku tau Tuhan lebih berhak atas-nya dibanding kita.
Melihat sesuatu yang sangat dekat dengan “kematian” membuat aku tak kuasa untuk menghadapinya….
Allahu rabbi jika aku boleh memilih, bisakah Engkau berikan yang terbaik untuk orang-orang yang kusayangi “Panjang Umur dan jika sudah waktunya mereka kembali padaMu,mereka kembali dalam keadaan bahagia dan berserah diri padaMu…”